Re: [psikologi_transformatif] TUHAN ITU TIDAK ADA
Howl:
Argumen dari si konsumer itu adalah bahwa
"Banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini karena tidakKemudian anda mengatakan bahwa "cara yang benar" itu adalah sikap
meminta perlindungan Tuhan Sang Khalik dengan cara yang benar."
ikhlas terhadap otoritas/kedaulatan Tuhan, dus siap menerima apapun
juga jawabanNya.
Kalau kedua statement di atas digabung, maka akan menjadi:
"Banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini karena tidak
meminta perlindungan Tuhan Sang Khalik dengan cara yang benar, yaitu
ikhlas menerima apapun juga jawaban Tuhan sesuai otoritasNya."
Artinya: jika yang sakit dan tertimpa kesusahan itu ikhlas menerima
jawaban Tuhan bahwa ia akan tetap sakit dan tertimpa kesusahan
(umpamanya), maka ia tidak lagi sakit dan tertimpa kesusahan ..... :)
SK:
He...he...he.
Ikhlas adalah salah satu prinsip "cara yang benar". Keikhlasan adalah kesiapan dan pola sikap/respons terhadap apa jawaban Tuhan terhadap permintaan yang didoakan. Keikhlasan bukan alat untuk memperoleh jawaban dari Tuhan sesuai dengan permintaan. Keikhlasan mendahului dan mengikuti "jawaban doa". Keikhlasan menunjukkan kesiapan untuk menerima apapun "jawaban permintaan doa" dan sikap/perilaku nyata setelah Tuhan memberikan "jawaban". Dengan keikhlasan, orang dapat menerima apapun jawaban doa yang diberikan oleh Tuhan.
Penggabungan yang anda lakukan, lebih diwarnai pemahaman bahwa keikhlasan adalah ALAT untuk memperoleh jawaban terhadap doa. ;-)
2008/10/30 Howl <scimindd@gmail.com >
>> Kata "meremehkan" barangkali memang kurang tepat. Bagaimanapun juga,Di atas sudah saya katakan bahwa istilah "meremehkan" memang kurang tepat.
>> saya menanggapi perkataan anda:
>> "Daerah-daerah yang anda sebutkan (Afrika, Burma, Tibet) cukup besar
>> kemungkinannya lebih percaya pada "tuhan" (di dalam diri, di alam, di
>> pohon, dsb), ketimbang pada Tuhan Sang Khalik."
>
> SK:
> Apakah itu meremehkan? Itu baru berbicara berbicara tentang kemungkinan.
> Kalau anda tidak seuju, tinggal kemukakan saja ketidaksetujuan anda.
Betul. Saya memang kurang teliti.
>
>> Kembali kepada konteksnya.
>> 1. Sang Tukang Cukur anda mengatakan:
>> "Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan
>> TIDAK MAU MENCARI-NYA dengan benar. Tidak mau meminta perlindunganNya
>> dengan jalan dan cara yang benar pula. Tidak mau pasrah padaNya. Oleh
>> karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."
>
> SK:
> Perkataan tersebut bukan perkataan tukang cukur (yang tidak percaya adanya
> Tuhan Sang Khalik), perkataan tersebut adalah perkataan konsumen (yang
> dicukur, yang percaya adanya Tuhan Sang Khalik).
Tetapi siapapun juga yang mengatakan, tukang cukur atau pelanggannya,
argumen saya masih tetap sama.OK.
>
> Howl:
>>
>> 2. Saya jawab: di dunia ini banyak orang yang menderita, yang datang
>> kepada Nya, mencari NYa, dan ... tetap menderita.
>>
>> 3. Anda jawab: Tuhan mempunyai otoritas untuk mengabulkan, menunda,
>> atau menolak permintaan manusia.
>>
>> 4. No (3) menurut saya kurang sesuai dengan No(1). Pernyataan No(1)
>> dari si tukang cukur menyatakan bahwa banyak orang yang menderita
>> karena tidak mau meminta perlindunganNya dengan cara yang benar. No(3)
>> mengatakan bahwa Tuhan mempunyai otoritas, yang artinya bisa saja
>> tidak mengabulkan doa, meskipun doa itu sudah dilakukan dengan benar.
>> Justu no(3) malah sebenarnya konsisten dengan No(2)!
>
> SK:
> Uraian pada butir 3 sebetulnya bukan respons terhadap butir 2 seperti yang
> anda kemukakan (ada orang yang datang mencariNYA) , melainkan dalam konteks
> "Tuhan yang mengasihi terlebih dahulu" :
>
Persoalanya: jika Tuhan mengasihi terlebih dahulu, sebelum orang
meminta perlindungan kepadaNya (dengan cara yang benar, atau tidak),
maka tidak perlu kita mengatakan bahwa "Banyak orang menderita, karena
tidak minta perlindungan kepadaNya dengan cara yang benar".
Kemudian anda menjawab: Tuhan mempunyai otoritas, yang menurut anda
artinya adalah Tuhan berhak memilih siapakah yang akan dikasihi
terlebih dahulu, siapa yang tidak. Kriterianya? Tidak ada orang yang
tahu. Itu adalah bagian dari kedaulatan Tuhan.Argumen dari si konsumer itu adalah bahwa
> Tukang cukur adalah orang yang tidak percaya adanya Tuhan, seperti juga
> banyak orang lain. Perkataan pada butir 1 adalah perkataan konsumen yang
> percaya adanya Tuhan Sang Khalik. Dari perspektif konsumen tersebut,
> "meminta perlindunganNYA dengan cara yang benar" adalah "meminta
> perlindungan Tuhan Sang Khalik dengan cara yang benar". Salah satu prinsip
> dalam "meminta perlindungan Tuhan Sang Khalik dengan cara yang benar" adalah
> menyadari bahwa Tuhan Sang Khalik memiliki otoritas/kedaulatan sepenuhnya
> untuk menjawab permintaan tersebut. Manusia yang meminta tersebut bersikap
> ikhlas terhadap apapun jawaban Tuhan Sang Khalik terhadap permintaan yang
> didoakannya tersebut.
"Banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini karena tidakKemudian anda mengatakan bahwa "cara yang benar" itu adalah sikap
meminta perlindungan Tuhan Sang Khalik dengan cara yang benar."
ikhlas terhadap otoritas/kedaulatan Tuhan, dus siap menerima apapun
juga jawabanNya.
Kalau kedua statement di atas digabung, maka akan menjadi:
"Banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini karena tidak
meminta perlindungan Tuhan Sang Khalik dengan cara yang benar, yaitu
ikhlas menerima apapun juga jawaban Tuhan sesuai otoritasNya."
Artinya: jika yang sakit dan tertimpa kesusahan itu ikhlas menerima
jawaban Tuhan bahwa ia akan tetap sakit dan tertimpa kesusahan
(umpamanya), maka ia tidak lagi sakit dan tertimpa kesusahan ..... :)
h

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home