Howl

Diposting secara otomatis dari milis psikologi transformatif.

Monday, May 18, 2009

[psikologi_transformatif] Re: Tragedi Mei & tak perlunya rasa maaf



Aku setubuh sama Howl.

Mbakyu Soe Tjen, kita musti berhati-hati, jangan sampai BANDE MATARAM jadi BANDEM MATARAM.

GM dkk (di mana gerakan ini tampak bermula), kurang halus memainkannya, he he he. Ia kurang rajin melatih pasemonnya.

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Howl <scimindd@...> wrote:
>
> Membawa pelaku kejahatan ke pengadilan di satu pihak, dan memaafkan
> mereka di lain pihak, adalah dua hal yang terpisah. Yang satu tidak
> dapat menggantikan yang lain.
>
> Pemilik jemuran boleh saja memaafkan maling yang menyambar jemuran
> mereka. Tetapi adalah tugas polisi untuk menegakkan ketertiban di
> dalam masyarakat dengan menangkap mereka dan mengajukan ke muka
> pengadilan.
>
> Penjahat dijebloskan ke dalam penjara bukan karena rasa dendam atau
> semata-mata sebagai pembalasan, tetapi masyarakat perlu dipelihara dan
> dijaga dari kehancuran dan kerusakan. Masyarakat perlu dilindungi
> supaya bisa menjalani hidup dengan tentram.
>
> howl
>
>
>
> 2009/5/14 smarching <smarching@...>:
> >
> >
> > Untuk para korban tragedi Mei,
> >
> > Soe Tjen Marching.
> >
> > ------------------------------------------------------
> >
> > Tragedi Mei & tak perlunya rasa maaf
> > ------------------------------------------------------
> >
> > Apa gunanya mengingat tragedi Mei'98? Bila hal itu begitu pahit? Mengapa
> > kita terus menoleh ke belakang?
> >
> > Namun, hidup adalah sesuatu yang aneh. Kita bergerak ke depan, tetapi hanya
> > dapat memandang ke belakang. Kepada kejadian di masa lalu, karena apa yang
> > ada di masa depan tak pernah diketahui dengan pasti. Hidup terkadang seperti
> > menonton televisi: adegan-adegan yang berlangsung, menjadi lebih nyata
> > setelah lewat. Karena itulah, hidup adalah tumpukan kenangan. Kenangan yang
> > begitu pahit seringkali membentuk lapisan yang begitu tebal dan dalam.
> > Sebuah identitas yang luka.
> >
> > Tragedi yang tertoreh bulan Mei 1998, tidak lepas dari kekerasan lain –
> > berapa perempuan yang diperkosa di Aceh, Timor Leste dan Papua? Inilah yang
> > terjadi pada tempat dan waktu yang berbeda: para perempuan yang diperkosa
> > oleh 3-7 lelaki dengan brutal dan seringkali disertai dengan mutilasi organ
> > reproduksi mereka. Pelakunya dapat lolos dengan mudah. Sebuah motif yang
> > sama. Dan berapa manusia yang telah disiksa, dibunuh dan diculik tanpa
> > bekas?
> >
> > Setelah kejadian yang membawa trauma, seringkali para korban mengalami
> > gangguan ingatan, karena begitu terpukulnya. Inilah yang dipergunakan oleh
> > para pejabat yang tersangkut dengan kejadian ini, ataupun bersangkutan
> > dengan kepentingan-kepentingan politik lainnya. Politik Amnesia, yang
> > namanya sempat dipopulerkan oleh Terry Eagleton, menjadi strategi ampuh.
> > Yang telah digunakan secara luas dimana pemerintah ingin menutupi jejak
> > kriminal yang dilakukannya, seperti juga yang terjadi di Amerika Serikat
> > ketika pemerintahan George Bush mentah-mentahan menolak adanya penyiksaan
> > yang terjadi di Kamp tahanan Guantanamo.
> >
> > Bukankah hal yang sama juga terjadi di Indonesia? Dan saat ini pemerintah
> > sama sekali tidak menunjukkan niat yang sungguh-sungguh untuk mengakui
> > adanya berbagai tragedi ini? Politik Amnesia tidak akan menyembuhkan, namun
> > justru memelihara luka yang dengan bertambahnya waktu, akan menjadi semakin
> > parah. Telah terbukti dalam beberapa penelitian Kedokteran bahwa seorang
> > yang memendam trauma tidak saja mengalami gangguan rohani namun juga ragawi
> > – mereka biasanya mengalami penyusutan volume otak, gangguan peredaran darah
> > dan bahkan nafas. Bangsa yang memendam trauma akan menjadi Bangsa yang
> > sakit.
> >
> > Namun para pejabat yang seharusnya mengemban tugas demi kebaikan Bangsa ini
> > terlalu malas untuk memikirkan apakah bangsa ini akan lebih sakit nantinya.
> > Mereka lebih memilih jalan pintas yang gampang. Bahkan bila seorang pejabat
> > tinggi telah terbukti berbuat kriminal, seringkali yang dituntut dari rakyat
> > adalah permintaan maaf. Bukankah ini pula yang terjadi pada Suharto, yang
> > bertanggung jawab atas pembunuhan masal, mutilasi dan penculikan jutaan
> > rakyat tak berdosa? Para pejabat beramai-ramai menyarankan agar rakyat
> > memaafkan "beliau"? Juga Amien Rais sempat mendorong rakyat untuk memaafkan
> > Suharto.
> >
> > Ketika perhimpunan aktivis '98 mencela pernyataan Amien Rais, iapun
> > sesumbar: "Saya tantang mereka, bagaimana penyelesaian hukumnya. Kalau hukum
> > tidak bisa, naik ke moral, jadi harus dimaafkan. Kalau misalnya bersalah,
> > nanti kan mendapatkan mahkamah yang superagung di alam sana". Memaafkan
> > seseorang yang tidak sepatutnya dimaafkan bukanlah tindakan bermoral atau
> > tanda kekerdilan jiwa. Karena memaafkan di negara Indonesia ini terkadang
> > bukanlah bagian dari kemurahan hati, tetapi manifestasi dari
> > ketidak-berdayaan dan ketidak adilan.
> >
> > Oleh sebab itu, penulis Kenya Ngugi Wa Thiong'o menolak agama Kristen di
> > Afrika, karena kemurah hatian dan rasa maaf yang diajarkan agama ini pada
> > rakyat Kenya adalah salah satu cara untuk menjajah mereka. Dalam agama
> > Kristen yang disebarkan misionaris Eropa, rakyat Kenya diharuskan untuk
> > melupakan tingkah kolonialis Inggris dan dengan suka rela tunduk pada
> > kekuasaan penindasnya. Inilah kekejaman rasa maaf: dia dapat menjadi
> > penjajah pikiran. Rasa maaf yang tidak proporsional dapat membuat para
> > kriminal bebas melakukan hal semena-mena, sedangkan para korban dan mangsa
> > hanya berdiam diri tanpa dapat melakukan pembelaan apa-apa. Rasa maaf dapat
> > dengan mudah menjelma menjadi kepasrahan atas kekuatan yang tidak adil.
> >
> > Rakyat Indonesia sudah penuh dengan rasa maaf. Saya pernah menyebut dalam
> > salah satu seminar saya bahwa warisan menyolok yang dimiliki bangsa
> > Indonesia bukanlah gamelan, wayang kulit atau kesenian tradisi lainnya,
> > namun kemurahan hati dan rasa maaf pada pembesar mereka - para pejabat yang
> > telah bertahun-tahun menghisap kekayaan rakyatnya. Rakyat Indonesia tidak
> > lagi perlu diajari pentingnya memaafkan pejabat atau bekas pejabat.
> >
> > Memang, memaafkan itu penting. Namun, yang amat sangat jauh lebih penting
> > adalah memberikan maaf yang pantas. Karena tidak seharusnya kita memaafkan
> > kriminal besar yang masih kebal hukum.
> > Sebelum itu, para pejabat yang terhormat, paling tidak mari kita akui segala
> > kebiadaban yang telah terjadi pada rakyat jelata di Indonesia. Dan tolong
> > jangan lagi "memerintah" rakyat untuk memaafkan. Karena anda-anda sama
> > sekali tidak berhak.
> >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home