Howl

Diposting secara otomatis dari milis psikologi transformatif.

Saturday, May 9, 2009

[psikologi_transformatif] Re: Pre-Square One (Menakar Universality)



Quote:... Kalau tadi Tuhantu mengartikan "Religious Truth" sebagai "kepercayaan saya terhadap keberadaan Tuhan walaupun tidak dapat dihanbuktikan", maka kisah Adam-Hawa ini bukan "religious truth", karena kadar kepercayaannya atau jenis kepercayaannya tidak sama... End of tuquote.

TuHanTu: Hmmm, mungkin barangkali justru Mbak Swas yang bisa mendefine jenis *kebenaran* apa yang mbak Swas anut prihal Adam-Hawa ini... Soale saya mengkalisifikasikan jenis kebenaran yang mbak Swas anut ( prihal Adam-Hawa) ke *religious truth* juga hanya berdasarkan kalimat Mbak Swas sebelumnya --->  Q: Contohnya ya seperti obrolan bersama Tuhantu tentang Adam-Hawa itu;  dimana saya tetap percaya bahwa narasi agama benar, tetapi tidak harafiah E/Q...

Setelah itu barangkali Mbak Swas bisa mulai faham mengapa ada term *square one* yang saya propose dalam obrolan kita...;-)...

Hanya itu dulu, yg lain kita lanjut minggu depan, have a funky weekend...:)

Be Fun

TuHanTu

http://holespirit.ning.com

 

 

 


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "was_swas" <was_swas@...> wrote:
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> tuhantu_hantuhan@ wrote:
> >
> > TuHanTu: Jadi dengan kutipan di atas, apakah udah bisa dikatakan bahwa
> > *Square-One* versi Mbak Swas adalah *Religious Truth*...?...
>
> Suka2 Tuhantu aja deh Square One-nya apa dan dinamakan apa :) Yang
> merasa butuh kepastian Square One saya apa kan Tuhantu, bukan saya...
> HAHAHAHA... Saya sih nggak terlalu peduli square one-nya apa, atau
> bahkan ada square one atau tidak :)
>
> > TuHanTu: Kalaupun Adam-Hawa benar sekalipun bukan secara harafiah,
> saya
> > juga tidak begitu saja menangkap informasi tersebut sebagai sebuah
> > kebenaran religious (religious truth) ... Makanya, ketika menanggapi
> > Mas Leo, saya sempat singgung bahwa Musa bukanlah Author dari kisah
> > Adam-Hawa... Dan ketikapun kemudian Mbak Swas menganggapnya sebagai
> > sebuah *kebenaran* itupun karena memang demikianlah informasi tersebut
> > disebarkan, via kitab-kitab suci... Thats fine...
>
> Kalau tadi Tuhantu mengartikan "Religious Truth" sebagai "kepercayaan
> saya terhadap keberadaan Tuhan walaupun tidak dapat dibuktikan", maka
> kisah Adam-Hawa ini bukan "religious truth", karena kadar kepercayaannya
> atau jenis kepercayaannya tidak sama
>
> You need to find another "term" to differentiate these two concepts, if
> you want to understand my faith :) Sebab, kalau Tuhantu sistemnya tetap
> dengan mencoba mencocok2kan apa yang saya ceritakan pada "teori" yang
> sudah Tuhantu buat, hasilnya mungkin tidak menggambarkan saya yang
> sesungguhnya :)
>
> > *Intensi* saya dalam diskusi Adam-Hawa ini adalah mengumpul sudut
> > pandang tentang informasi sekaligus mengenali celah, lubang dalam
> cerita
> > tersebut lalu mengembangkannya dengan menggunakan pendekatan/metode
> yang
> > sama yang dilakukan oleh Enoch, ribuan tahun lalu di Mesir --->
> Dongeng
> > alias Fantasy.
>
> Kalau Tuhantu memang ingin mengumpulkan sudut pandang tentang informasi
> tersebut, maka definitely you need to keep your theory about "type of
> truth" away :) Sebab kalau Tuhantu sudah mendengarkan cerita orang lain
> (dalam hal ini saya) dengan "kerangka pikir" tertentu, ya jadinya
> seperti di atas: faith saya terhadap keberadaan Tuhan dijadikan satu
> level yang sama dengan penerimaan saya terhadap cerita Adam - Hawa,
> sebagai sama2 "Religious Truth" :)
>
> > Ah ya, tentang pusat semesta, saya setuju dengan apa yg ditulis oleh
> > Howl dulu, bahwa fikiran adalah universe tiap-tiap orang... Ketika
> Mbak
> > Swas memberikan penilaian terhadap seseorang lain yakni orang lain tsb
> > merasa sebagai pusat semesta, Mbak Swas sendiri -sadar atau tidak
> sadar-
> > sedang hidup terpusat dalam semesta mbak Swas sendiri...
>
> Lho, memang pikiran setiap orang adalah alam semesta :) Dan memang kalau
> (kalau, ya ;)) saya menilai seseorang merasa menjadi pusat semesta, itu
> yang pasti adalah menurut semesta pikiran saya :)
>
> Tapi sebenarnya semesta2 ini kan saling terhubung dan berada dalam
> semesta yang lebih besar lagi. Persis seperti galaksi kita yang juga
> menjadi bagian dari semesta yang lebih besar dari galaksi2 itu. Dan pada
> satu titik, Jadi, ketika saya menganggap seseorang measa menjadi pusat
> semesta, selain bahwa pasti itu adalah dari sudut pandang semesta saya,
> selalu ada kemungkinan bahwa demikianlah adanya :)
>
> Pemahaman ini
> > sangat terkait dengan my question that you havent answer...How *uni*
> can
> > be defined by the layers of *verses* (Ingat lho, universitas yang
> > melahirkan mbak Swas itu berkata dasar Uni dan Verse) masak nggak bisa
> > jawab...lol...
>
> Hahaha.... I've defined my "verses" since the beginning, now it's up to
> you about how you will "uni(te)" them into a holistic understanding ;).
> According to me, you will only be able to "uni(te)" them if you forget
> about your own "verses" for a while.
>
> ... Or do you want me to take charge and "uni(te)" your "verses" ;)?
>
> Liburan dulu ya... :) See you :)
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Health Groups

for people over 40

Join people who are

staying in shape.

Yahoo! Groups

Mom Power

Discover doing more

for your family

.

__,_._,___

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home