[psikologi_transformatif] Re: Pre-Square One (Menakar Universality)
Quote:... Kalau tadi Tuhantu mengartikan "Religious Truth" sebagai "kepercayaan saya terhadap keberadaan Tuhan walaupun tidak dapat dihanbuktikan"
TuHanTu: Hmmm, mungkin barangkali justru Mbak Swas yang bisa mendefine jenis *kebenaran* apa yang mbak Swas anut prihal Adam-Hawa ini... Soale saya mengkalisifikasikan jenis kebenaran yang mbak Swas anut ( prihal Adam-Hawa) ke *religious truth* juga hanya berdasarkan kalimat Mbak Swas sebelumnya ---> Q: Contohnya ya seperti obrolan bersama Tuhantu tentang Adam-Hawa itu; dimana saya tetap percaya bahwa narasi agama benar, tetapi tidak harafiah E/Q...
Setelah itu barangkali Mbak Swas bisa mulai faham mengapa ada term *square one* yang saya propose dalam obrolan kita...;-)..
Hanya itu dulu, yg lain kita lanjut minggu depan, have a funky weekend...:)
Be Fun
TuHanTu
--- In psikologi_transform
>
>
>
> --- In psikologi_transform
> tuhantu_hantuhan@ wrote:
> >
> > TuHanTu: Jadi dengan kutipan di atas, apakah udah bisa dikatakan bahwa
> > *Square-One* versi Mbak Swas adalah *Religious Truth*...?..
>
> Suka2 Tuhantu aja deh Square One-nya apa dan dinamakan apa :) Yang
> merasa butuh kepastian Square One saya apa kan Tuhantu, bukan saya...
> HAHAHAHA... Saya sih nggak terlalu peduli square one-nya apa, atau
> bahkan ada square one atau tidak :)
>
> > TuHanTu: Kalaupun Adam-Hawa benar sekalipun bukan secara harafiah,
> saya
> > juga tidak begitu saja menangkap informasi tersebut sebagai sebuah
> > kebenaran religious (religious truth) ... Makanya, ketika menanggapi
> > Mas Leo, saya sempat singgung bahwa Musa bukanlah Author dari kisah
> > Adam-Hawa... Dan ketikapun kemudian Mbak Swas menganggapnya sebagai
> > sebuah *kebenaran* itupun karena memang demikianlah informasi tersebut
> > disebarkan, via kitab-kitab suci... Thats fine...
>
> Kalau tadi Tuhantu mengartikan "Religious Truth" sebagai "kepercayaan
> saya terhadap keberadaan Tuhan walaupun tidak dapat dibuktikan", maka
> kisah Adam-Hawa ini bukan "religious truth", karena kadar kepercayaannya
> atau jenis kepercayaannya tidak sama
>
> You need to find another "term" to differentiate these two concepts, if
> you want to understand my faith :) Sebab, kalau Tuhantu sistemnya tetap
> dengan mencoba mencocok2kan apa yang saya ceritakan pada "teori" yang
> sudah Tuhantu buat, hasilnya mungkin tidak menggambarkan saya yang
> sesungguhnya :)
>
> > *Intensi* saya dalam diskusi Adam-Hawa ini adalah mengumpul sudut
> > pandang tentang informasi sekaligus mengenali celah, lubang dalam
> cerita
> > tersebut lalu mengembangkannya dengan menggunakan pendekatan/metode
> yang
> > sama yang dilakukan oleh Enoch, ribuan tahun lalu di Mesir --->
> Dongeng
> > alias Fantasy.
>
> Kalau Tuhantu memang ingin mengumpulkan sudut pandang tentang informasi
> tersebut, maka definitely you need to keep your theory about "type of
> truth" away :) Sebab kalau Tuhantu sudah mendengarkan cerita orang lain
> (dalam hal ini saya) dengan "kerangka pikir" tertentu, ya jadinya
> seperti di atas: faith saya terhadap keberadaan Tuhan dijadikan satu
> level yang sama dengan penerimaan saya terhadap cerita Adam - Hawa,
> sebagai sama2 "Religious Truth" :)
>
> > Ah ya, tentang pusat semesta, saya setuju dengan apa yg ditulis oleh
> > Howl dulu, bahwa fikiran adalah universe tiap-tiap orang... Ketika
> Mbak
> > Swas memberikan penilaian terhadap seseorang lain yakni orang lain tsb
> > merasa sebagai pusat semesta, Mbak Swas sendiri -sadar atau tidak
> sadar-
> > sedang hidup terpusat dalam semesta mbak Swas sendiri...
>
> Lho, memang pikiran setiap orang adalah alam semesta :) Dan memang kalau
> (kalau, ya ;)) saya menilai seseorang merasa menjadi pusat semesta, itu
> yang pasti adalah menurut semesta pikiran saya :)
>
> Tapi sebenarnya semesta2 ini kan saling terhubung dan berada dalam
> semesta yang lebih besar lagi. Persis seperti galaksi kita yang juga
> menjadi bagian dari semesta yang lebih besar dari galaksi2 itu. Dan pada
> satu titik, Jadi, ketika saya menganggap seseorang measa menjadi pusat
> semesta, selain bahwa pasti itu adalah dari sudut pandang semesta saya,
> selalu ada kemungkinan bahwa demikianlah adanya :)
>
> Pemahaman ini
> > sangat terkait dengan my question that you havent answer...How *uni*
> can
> > be defined by the layers of *verses* (Ingat lho, universitas yang
> > melahirkan mbak Swas itu berkata dasar Uni dan Verse) masak nggak bisa
> > jawab...lol.
>
> Hahaha.... I've defined my "verses" since the beginning, now it's up to
> you about how you will "uni(te)" them into a holistic understanding ;).
> According to me, you will only be able to "uni(te)" them if you forget
> about your own "verses" for a while.
>
> ... Or do you want me to take charge and "uni(te)" your "verses" ;)?
>
> Liburan dulu ya... :) See you :)
>

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home