Howl

Diposting secara otomatis dari milis psikologi transformatif.

Tuesday, March 31, 2009

Re: [psikologi_transformatif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah

Abad 19 china terserang perang candu, semuanya kecanduan narkoba sampai Hong Kong dan Macau dijual.

Abad 20 chiba terserang Mao Komunis jadi kebudayaan dan investasi dihancurkan mereka lari menjadi 3 negara HongKong, Taiwan dan Singapore

Abad 21 china baru bangkit dg investasi asing

Salam
Goen

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: "Alexander"
Date: Tue, 31 Mar 2009 10:16:38 -0000
To: <psikologi_transformatif@yahoogroups.com>
Subject: [psikologi_transformatif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah

Mengapa renaissance dan revolusi industri munculnya di eropa, padahal kita tahu Cina  berabad-abad lamanya teknologinya jauh lebih maju ketimbang Eropa... Mengapa hal ini dapat terjadi ? Silahkan baca artikel sebab musababnya dalam sejarah dari Euclid ini 

Salam,
Alexander
sigmetris.com


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Jusuf Sutanto <jusuf_sw@...> wrote:
>
> Posting terbaru di www.jusufsutanto.com : Tulisan di Managers' Scope edisi Maret 2009." Perlunya Arsitektur Pengembangan Global "
>
> --- Pada Sel, 31/3/09, goenardjoadi@... goenardjoadi@... menulis:
>
>
> Dari: goenardjoadi@... goenardjoadi@...
> Topik: Re: [psikologi_transformatif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah
> Kepada: "psi trans" psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> Tanggal: Selasa, 31 Maret, 2009, 1:31 PM
>
>
>
>
>
>
> Pak Jusuf lagi merenung sebentar keluar...
>
> Bodhisatwa ketika semedi di biara Shaolin mengatakan Tak ada kucing tikuspun menari
>
> Salam
> Goen
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
>
> From: gotholoco
> Date: Tue, 31 Mar 2009 14:24:59 +0800 (SGT)
> To: <psikologi_transform atif@yahoogroups .com>
> Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah
>
>
>
>
>
>
>
> Wah, Bude Tih, naga-ngaganya jadi neh  Pak Ju hengkang dari milis ini !.
> (gara-gara Bude Tih sih.. xixixxi)
>
> " jangan ngasih nasehat, solusi, jalan keluar ke orang yang ga minta",
> "jangan menilai hidup orang lain, karena kamu tidak tahu bagaimana perjuangan dia menjalani hidupnya"...
>
> Haleluya Tuhan pun Mahacuex !
>
>
>
>
> --- Pada Sen, 30/3/09, personalgrowth <personalgrowth@ gmail.com> menulis:
>
>
> Dari: personalgrowth <personalgrowth@ gmail.com>
>
>
>
>
> Howl,
> kalau nggak mengangkat diri sebagai guru,
> tapi memang karena berkenalan, bergaul, bertemen, lalu merasa jadi TEMEN BELAJAR BARENG, gimana?
>
>
> bapak saya pernah bilang, " jangan ngasih nasehat, solusi, jalan keluar ke orang yang ga minta", "jangan menilai hidup orang lain, karena kamu tidak tahu bagaimana perjuangan dia menjalani hidupnya"...
> "bertemen aja yang banyak, dan tidak usah belagu".
>
>
> salam,
> jengbud
>
>
>
>
>
> 2009/3/31 <goenardjoadi@ gmail.com>
>
>
>
>
>
>
> Sebuah solusi gak usah menunggu lama untuk dibuktikan.
>
> Dengan tanya jawab dg kolega kita sudah bisa mengetahui apakah solusi ini benar atau masih kurang sempurna
>
> Ibarat sama-sama ke Bandung kalau dia gak bisa jelasin bgm caranya ya gak akan sampai kesana
>
> Saya dulu menciptakan sebuah circuit board alat elektronik Prof Andi Hakim cuma tanya mengapa orang berhitung dg basis decimal? Bukan binary?
>
> Tks
> Goen
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
>
> From: Howl
> Date: Mon, 30 Mar 2009 20:00:25 -0400
> To: <psikologi_transform atif@yahoogroups .com>
> Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah
>
>
>
>
>
>
> 2009/3/30 was_swas was_swas@yahoo. com>:
> > "Menggarami air laut" juga bisa ;)
> >
>
> Banyak orang mengangkat dirinya sendiri menjadi guru bagi orang lain.
> Acapkali orang melakukannya atas niat yang baik.
> Kita melihat bahwa Indonesia, atau malah seluruh dunia, berada dalam
> masalah besar. Dan kita merasa bahwa kita mempunyai solusinya (yang
> kebetulan tidak dimiliki orang lain).
>
> Pertanyaannya: Benarkah kita memiliki solusinya?
>
> Bagaimana kalau orang menerima solusi kita, mempelajarinya baik-baik,
> memahaminya sungguh-sungguh, menerapkannya ... dan kemudian terbukti
> bahwa solusi itu ternyata bukanlah solusi? Problemnya tetap tidak
> terpecahkan!
>
> Di kampus tempat saya bekerja ada sebuah perpustakaan dengan koleksi
> buku sekitar 3 juta judul, termasuk di dalamnya koleksi yang cukup
> lengkap dari khasanah filsafat/kebijaksan aan timur tempo dulu. Jika
> saya ingin belajar tentang konfusius atau tao, saya akan pergi ke
> perpustakaan, dan tidak akan belajar dari website atau maillist. Kalau
> saya membuka website atau maillist, maka saya mencari sesuatu yang
> tidak ada di perpustakaan, yaitu diskusi dan dialog langsung dengan
> orang-orang tentang apa yang ada di dalam pikiran mereka.
>
> Kalau orang yang saya ajak diskusi malah menghujani saya dengan
> kutipan-kutipan yang dengan mudah saya bisa temukan di perpustakaan,
> apa gunanya?
>
> Nah, seseorang menjadi guru bukan karena kemampuannya mengutip apa-apa
> yang dengan mudah kita temukan di perpustakaan. Seseorang menjadi guru
> karena ia mempunyai harta-karun yang tidak tersedia di perpustakaan
> manapun.
>
> Mengapa saya duduk di kelas, dan mendengarkan bapak dosen kuliah?
> Mengapa saya tidak duduk di perpustakaan dan belajar sendiri saja?
>
> Kembali ke indonesia dan masalahnya.
>
> Banyak sekali orang yang menulis dan mengajukan solusinya. Ada yang
> mengangkat dirinya menjadi guru yang akan mengajar bangsa indonesia,
> ada juga yang memproklamirkan bahwa solusinya adalah satu-satunya
> solusi yang paling benar. Tetapi kita baru akan mengetahui mana yang
> benar SESUDAH kita mengujinya melalui penerapan solusi itu di dalam
> prakteknya.
>
> Bagaimana kalau seluruh bangsa indonesia menerapkan sebuah solusi
> tertentu, dan menemukan bertahun-tahun kemudian bahwa solusi itu
> ternyata tidak berhasil?
> Seorang saintis bisa saja melakukan eksperimen trial-error di
> laboratoriumnya. Namun melakukan eksperimen trial-error kepada sebuah
> masyarakat harus dibayar sangat mahal sekali. Kita tidak ingin
> mengorbankan sebuah masyarakat untuk eksperimen, bukan?
>
> Seorang mahasiswa menulis di dalam buku hariannya: "Untuk berhasil,
> saya harus berani mengambil resiko keliru. Saya tidak berkeberatan
> melakukan kekeliruan, asalkan kekeliruan itu adalah kekeliruan milik
> saya sendiri". Maksudnya: Si Mahasiswa bisa saja menyontek solusi
> orang lain, yang kemudian terbukti keliru. Dalam hal ini,
> kekeliruannya bukanlah kekeliruan milik dia sendiri. Atau bisa saja ia
> memikirkan sendiri solusinya, dan ... keliru juga. Bedanya,
> kekeliruannya adalah kekeliruan miliknya sendiri.
>
> Saya sama sekali tidak menganjurkan bangsa Indonesia untuk
> berbangga-bangga dengan kekeliruan yang merupakan miliknya sendiri.
> Tetapi itu masih jauh lebih baik daripada menyontek solusi yang
> ditawarkan orang lain, yang lantas terbukti keliru juga .....:)
>
> Bagaimana kalau jauh terpendam di dalam khasanah budaya bangsa
> Indonesia sendiri ternyata tersedia solusi atas masalah-masalah bangsa
> Indonesia?
>
> Solusi benar dipelupuk mata tidak nampak, solusi keliru dari seberang
> lautan justru kelihatan ....
>
> salam
> Howl
>
>
>
>
>
> Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik.
> Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Group Charity

Stop Cyberbullying

Keep your kids

safe from bullying

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Auto Enthusiast Zone

Discover auto groups

Yahoo! Groups

Dog Group

Connect and share with

dog owners like you

.

__,_._,___

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home