Re: [psikologi_transformatif] Re: "trinitas" Howel
M :
Yg bisa dipahami pikiran manusia adalah pikran itu sendiri.
Yg lo pahami ttg temen lo adalah GAMBARAN yg lo punya ttg temen lo,
gambaran yg lo kumpulin lewat kebiasaannya, perilakunya, dan data
lain.
Semua data itu membentuk gambaran ttg temen lo. Gambaran itu yg lo pahami.
Dan gambaran itu bukanlah temen lo secara nyata. Krn yg lo pahami itu
adalah pikiran lo sendiri. Gambaran itu adalah pikiran lo sendiri.
Sama halnya dgn tuhan dan yg lainnya.
On 12/19/08, ayaz <hellaz1001@yahoo.
> belum, belum howell belum mengena ayo....latihan nJawab yang pas
> dulu deh. Yang saya tanyakan itu sesuai dengan penjelasan sampeyan
> sebelumnya, bahwa ada 'sesuatu' yang tak bisa dijangkau oleh akal
> akal tak sanggup memahami adanya 'sesuatu' itu, begitukan.
>
> Nah!! sedikit saya pandu anda pada saat akal mengatakan
> adanya 'sesuaatu' yang dapat terjangkau oleh akal, lalu selanjutnya
> akal juga mengatakan adanya 'sesuatu' yang tidak bisa dijangkaunya.
> apakah anda menyadari bahwa sesungguhnya akal telah memahami
> pada 'sesuatu' itu??!!
>
> Jika tidak demikian tentunya akal tak akan pernah melaporkan adanya
> sesuatu yang tak berhingga...
> memastikan adanya 'sesuatu' yang terfahami dengan baik bahwa sekali
> lagi ada 'sesuatu' yang tak terhingga...
>
> Pak ketahuilah bahwa akal tak pernah dan tak akan pernah bisa
> dibatasi peran dan perolehannya. Mengapa?? karena konsepsi
> dan 'sesuatu' yang non materi tak akan pernah bisa dibatasi wilayah
> operasionalnya.
>
> Jika anda katakan akal terbatas dan akal pada saat yang sama bisa
> memahami sesuatu yang terbatas anda didalam kaidah logika telah
> memasuki jebakan parodoksial. Anda mengiyakan sekaligus mengnolaknya
> adalah diktum keliru dan falasi didalam literatur falsafi.
>
> Seluruh contoh ilmuan yang anda kemukakan hanya bisa memberikan
> penjelasan yang sangat terbatas mengingat medan obyek yang hendak
> diketahuinya terbatas pada wilayah materi dan realitas materi
> semata. bukan sebuah realitas obyektif.
>
> Sekedar buat menyenangkan anda mengikuti apa yang telah secara salah
> anda contohkan, anda bisa sedikit bertanya pada mereka setidaknya
> anak atau teman sampeyan, seandainya saya tuliskan milyar demi
> milyar angaka diatas milyaran demi milyaran lagi buku tarulah
> misalnya angka satu, anda tulis....dan tulis apakah untuk kesekian
> dari angka terakhir yang anda tuliskan adalah akhir sebenarnya dari
> tumpukan angka..?? anda akan dijawab oleh mereka bahwa menurut hukum
> akal angka itu tak akan pernah bisa dan dapat berakhir.
>
> Sekarang anda saksikan bahwa notasi tak berhinggaan dalam
> matematikapun adalah sesuatu yang dapat dibayangkan oleh akal akan
> tak pernah berakhirnya sesuatu tersebut.
>
> Lalu bagaimana dengan entitas yang tak memiliki segenap demensi
> namun dia maujud..?? disinilah sebenarnya filsafat Islam telah
> melesat jauh meninggalkan saudara2 mereka dimanapun juga dalam hal
> membangun sebuah epistimologi dan sebuah kanal filsafat yang secara
> akomodatif mampu memberikan jawaban yang sangat meyakinkan.
>
> Saya tak mungkin menjelaskan kedudukan Ilmu itu diruang yang
> terbatas ini. harap anda jangan apriori untuk memahami seluruh apa
> yang saya kemukakan nnti, ketahuilah bahwa ilmu ini Netral dan tidak
> melibatkan kroni Agama apapun jangan pernah merasa khwatir dan buruk
> sangka. slow aja deh...tapi kalau nantinya keyakinan agama anda
> menjadi 'pihak tertuduh' itu sejatinya lebih sebagai kenyataan
> ilmiah yang mesti dihadapi sebagai kenyataan pasti bahwa serangkaian
> keyakinan pada sendi agama setikanya kongruen dengan pola2 filosofis
> yang dibangun untuk menjelaskan sebuah bangunan keimanan.
>
>
> --- In psikologi_transform
> wrote:
>>
>> > Quoting ayaz <hellaz1001@
>> >
>> >> Hahaha.....Howel.
> dulu
>> >> pertanyaan awal guwe yang paling sederhana aja dulu:
>> >> >
>> >> > masih inget gak...??
>> >> >
>> >> > """" Yang saya bicarakan adalah sesuatu yang MELEBIHI atau
> LEBIH
>> >> BESAR
>> >> > > dan TIDAK DAPAT dijangkau oleh akal manusia.""""
>> >> >
>> >> > pertanyaannya.
>> >> > "benda" apa yang mengatakan 'ada sesuatu yang lebih besar yang
>> >> tidak dapat dijangkau oleh akal?'
>>
>> Benda apa? Ya, manusia dong. Lha, di mana masalahnya?
>>
>> Kan banyak contohnya. Di dalam karya-karya logika-matematika Kurt
>> Godel, umpamanya, dibahas bahwa ada yang di luar jangkauan
> matematika.
>> Di dalam mekanika kuantum, seorang pengamat hanya bisa mengatakan
>> tentang elektron (gelombang atau partikel) SESUDAH pengamatan,
> tetapi
>> tidak bisa mengatakan apa-apa SEBELUM pengamatan. Di dalam
> kosmologi,
>> hukum-hukum fisika tidak dapat menjelaskan SEBELUM big-bang, sebab
>> ketika itu hukum-hukum fisika itu sendiri belum tercipta!
>>
>> Masih banyak contoh teks-buk lain yang bisa saya tampilkan,
> semuanya
>> standard, Intinya: mengatakan bahwa ADA yang di luar jangkauan akal
>> manusia merupakan hal yang biasa-biasa saja. Yang tidak biasa tentu
>> saja adalah MENJELASKAN yang di luar jangkauan akal manusia itu
> tadi.
>> Lha, kalau sudah bisa dijelaskan, kan berarti tidak di luar
> jangkauan,
>> dong.
>>
>> Definisi di luar jangkauan akal manusia:
>> manusia mengatakan bahwa suatu obyek di luar jangkauan akal manusia
>> sebab manusia tahu bahwa obyek itu ADA tetapi TIDAK BISA
> DIJELASKAN.
>>
>> Kalau obyeknya tidak ada, ya ndak usah dibicarakan. Entah di luar
> atau
>> di dalam jangkauan akal manusia, itu tidak lagi penting.
>>
>> Waduh, jadi terjebak diskusi serius, nih. ......:)
>>
>> h
>>
>
>
>
--
Sent from my mobile device

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home