[psikologi_transformatif] Re: "trinitas" Howel
Dijawab juga percuma, wong kamu kaga punya akal alias otak buat mencerna
jawabannya kok. makanya cuma bisa nanya mulu. Hahaha...hahaha.
Elo sendiri kaga mampu jawab pertanyaan: "Emang tuhanmu bisa dibatasi akal,
yaz?" Lha kok pura-pura budeg? Atau budeg betulan? Onta pendengarannya kurang
bagus ya?
jawab ya, sayangku. Kalo nggak, nanti terbutki lho kalo kamu onta betulan.
Hahahahaa...
Quoting ayaz <hellaz1001@yahoo.
> belum, belum howell belum mengena ayo....latihan nJawab yang pas
> dulu deh. Yang saya tanyakan itu sesuai dengan penjelasan sampeyan
> sebelumnya, bahwa ada 'sesuatu' yang tak bisa dijangkau oleh akal
> akal tak sanggup memahami adanya 'sesuatu' itu, begitukan.
>
> Nah!! sedikit saya pandu anda pada saat akal mengatakan
> adanya 'sesuaatu' yang dapat terjangkau oleh akal, lalu selanjutnya
> akal juga mengatakan adanya 'sesuatu' yang tidak bisa dijangkaunya.
> apakah anda menyadari bahwa sesungguhnya akal telah memahami
> pada 'sesuatu' itu??!!
>
> Jika tidak demikian tentunya akal tak akan pernah melaporkan adanya
> sesuatu yang tak berhingga...
> memastikan adanya 'sesuatu' yang terfahami dengan baik bahwa sekali
> lagi ada 'sesuatu' yang tak terhingga...
>
> Pak ketahuilah bahwa akal tak pernah dan tak akan pernah bisa
> dibatasi peran dan perolehannya. Mengapa?? karena konsepsi
> dan 'sesuatu' yang non materi tak akan pernah bisa dibatasi wilayah
> operasionalnya.
>
> Jika anda katakan akal terbatas dan akal pada saat yang sama bisa
> memahami sesuatu yang terbatas anda didalam kaidah logika telah
> memasuki jebakan parodoksial. Anda mengiyakan sekaligus mengnolaknya
> adalah diktum keliru dan falasi didalam literatur falsafi.
>
> Seluruh contoh ilmuan yang anda kemukakan hanya bisa memberikan
> penjelasan yang sangat terbatas mengingat medan obyek yang hendak
> diketahuinya terbatas pada wilayah materi dan realitas materi
> semata. bukan sebuah realitas obyektif.
>
> Sekedar buat menyenangkan anda mengikuti apa yang telah secara salah
> anda contohkan, anda bisa sedikit bertanya pada mereka setidaknya
> anak atau teman sampeyan, seandainya saya tuliskan milyar demi
> milyar angaka diatas milyaran demi milyaran lagi buku tarulah
> misalnya angka satu, anda tulis....dan tulis apakah untuk kesekian
> dari angka terakhir yang anda tuliskan adalah akhir sebenarnya dari
> tumpukan angka..?? anda akan dijawab oleh mereka bahwa menurut hukum
> akal angka itu tak akan pernah bisa dan dapat berakhir.
>
> Sekarang anda saksikan bahwa notasi tak berhinggaan dalam
> matematikapun adalah sesuatu yang dapat dibayangkan oleh akal akan
> tak pernah berakhirnya sesuatu tersebut.
>
> Lalu bagaimana dengan entitas yang tak memiliki segenap demensi
> namun dia maujud..?? disinilah sebenarnya filsafat Islam telah
> melesat jauh meninggalkan saudara2 mereka dimanapun juga dalam hal
> membangun sebuah epistimologi dan sebuah kanal filsafat yang secara
> akomodatif mampu memberikan jawaban yang sangat meyakinkan.
>
> Saya tak mungkin menjelaskan kedudukan Ilmu itu diruang yang
> terbatas ini. harap anda jangan apriori untuk memahami seluruh apa
> yang saya kemukakan nnti, ketahuilah bahwa ilmu ini Netral dan tidak
> melibatkan kroni Agama apapun jangan pernah merasa khwatir dan buruk
> sangka. slow aja deh...tapi kalau nantinya keyakinan agama anda
> menjadi 'pihak tertuduh' itu sejatinya lebih sebagai kenyataan
> ilmiah yang mesti dihadapi sebagai kenyataan pasti bahwa serangkaian
> keyakinan pada sendi agama setikanya kongruen dengan pola2 filosofis
> yang dibangun untuk menjelaskan sebuah bangunan keimanan.
>
>
> --- In psikologi_transform
> wrote:
> >
> > > Quoting ayaz <hellaz1001@
> > >
> > >> Hahaha.....Howel.
> dulu
> > >> pertanyaan awal guwe yang paling sederhana aja dulu:
> > >> >
> > >> > masih inget gak...??
> > >> >
> > >> > """" Yang saya bicarakan adalah sesuatu yang MELEBIHI atau
> LEBIH
> > >> BESAR
> > >> > > dan TIDAK DAPAT dijangkau oleh akal manusia.""""
> > >> >
> > >> > pertanyaannya.
> > >> > "benda" apa yang mengatakan 'ada sesuatu yang lebih besar yang
> > >> tidak dapat dijangkau oleh akal?'
> >
> > Benda apa? Ya, manusia dong. Lha, di mana masalahnya?
> >
> > Kan banyak contohnya. Di dalam karya-karya logika-matematika Kurt
> > Godel, umpamanya, dibahas bahwa ada yang di luar jangkauan
> matematika.
> > Di dalam mekanika kuantum, seorang pengamat hanya bisa mengatakan
> > tentang elektron (gelombang atau partikel) SESUDAH pengamatan,
> tetapi
> > tidak bisa mengatakan apa-apa SEBELUM pengamatan. Di dalam
> kosmologi,
> > hukum-hukum fisika tidak dapat menjelaskan SEBELUM big-bang, sebab
> > ketika itu hukum-hukum fisika itu sendiri belum tercipta!
> >
> > Masih banyak contoh teks-buk lain yang bisa saya tampilkan,
> semuanya
> > standard, Intinya: mengatakan bahwa ADA yang di luar jangkauan akal
> > manusia merupakan hal yang biasa-biasa saja. Yang tidak biasa tentu
> > saja adalah MENJELASKAN yang di luar jangkauan akal manusia itu
> tadi.
> > Lha, kalau sudah bisa dijelaskan, kan berarti tidak di luar
> jangkauan,
> > dong.
> >
> > Definisi di luar jangkauan akal manusia:
> > manusia mengatakan bahwa suatu obyek di luar jangkauan akal manusia
> > sebab manusia tahu bahwa obyek itu ADA tetapi TIDAK BISA
> DIJELASKAN.
> >
> > Kalau obyeknya tidak ada, ya ndak usah dibicarakan. Entah di luar
> atau
> > di dalam jangkauan akal manusia, itu tidak lagi penting.
> >
> > Waduh, jadi terjebak diskusi serius, nih. ......:)
> >
> > h
> >
>
>
>

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home