Howl

Diposting secara otomatis dari milis psikologi transformatif.

Friday, March 13, 2009

Menggorok Leher -> Bls: [psikologi_transformatif] Re: Do you agree with Incest?

Howl:

> Saya mempunyai tafsiran yang berbeda tentang kisah Abraham/Ibrahim ini.
> Menurut saya, kisah ini terutama berbicara tentang ketaatan manusia
> terhadap kehendak Allah.
> Tetapi benarkah Abraham tahu persis apa itu kehendak Allah?

Sebenarnya sih tafsiran Anda tidak berbeda dengan tafsiran saya, Howl :) Saya juga menafsirkan bahwa pada saat Ibrahim/Abraham memutuskan untuk menyembelih lehernya, ia "hanya" menuruti perintah Tuhannya. Oleh karena itu saya juga mengatakan pada Pabrik bahwa kita nggak pernah tahu suatu perintah itu benar dari Tuhan atau tidak sampai sudah terjadi :)

Hanya saja, saya kemudian mencoba menafsirkan proses yang terjadi hingga Ibrahim dapat menuruti perintah Tuhan yang secara logika "gila" itu. Benarkah itu hanya ketaatan buta? Saya nggak yakin Tuhan mengharapkan ketaatan buta dari umatnya. Oleh karena itu, saya menafsirkan bahwa subcosnsciously kata hati Ibrahim tahu bahwa perintah gila itu patut diikuti - meskipun consciously dia hanya menuruti perintah Tuhan.

Ibrahim tahu persis kehendak Allah? Wah, saya juga nggak berniat mengatakan begitu :) Tidak ada yang tahu persis kehendak Tuhan... hehehe... Hanya saja, saya percaya bahwa Tuhan sebenarnya selalu menunjukkan arah mana yang Ia kehendaki kita ambil. Ia menyingkap sebagian kehendak-Nya, dalam cara yang seringkali tidak masuk akal jika kita pikirkan.

BTW, tafsiran temanmu itu menarik sekali :) Dan masuk akal sih... kalau dikaitkan dengan pengorbanan Yesus di salib. Tapi seperti Anda, saya juga tidak sepakat :)

 


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Howl <scimindd@...> wrote:
>
> Saya mempunyai tafsiran yang berbeda tentang kisah Abraham/Ibrahim ini.
>
> Menurut saya, kisah ini terutama berbicara tentang ketaatan manusia
> terhadap kehendak Allah.
> Tetapi benarkah Abraham tahu persis apa itu kehendak Allah? Benarkah
> perintah mengurbankan anaknya itu adalah benar-benar kehendak Allah?
> Benarkah perintah mengganti kurban anak dengan kurban hewan itu adalah
> kehendak Allah?
>
> Saya berpendapat bahwa cerita ini berbicara tentang ketaatan manusia
> terhadap kehendak Allah di satu pihak dan perjuangan manusia untuk
> mengetahui apa persisnya kehendak Allah di lain pihak.
>
> Berbeda dengan rekan-rekan lain di milis ini yang melihat bahwa
> kehendak Allah di dalam cerita ini sudah sangatlah jelasnya, saya
> berpendapat bahwa cerita ini menyampaikan proses mencari tahu kehendak
> Allah dimana proses itu TIDAK berlangsung dengan mudah.
>
> howl
>
>
> ps.
> Seorang rekan (kristen) pernah mengatakan bahwa jika Tuhan merelakan
> anakNya yang tunggal untuk mati di kayu salib, apa susahnya bagi
> Beliau untuk memerintahkan Abraham untuk mengurbankan anaknya (lagi
> pula toh pada akhir cerita, kurban anak itu tidak jadi dilakukan).
> Saya tidak setuju dengan pendapat rekan saya itu.
>
>
>
> 2009/3/13 pabrik_t pabrik_t@...:
> > biografi ibrahim sendiri adalah biografi keraguan. Ia meragukan latah, uzah,
> > watan dan sanam sebagai tuhan, ia meragukan matahari dan rembulan sebagai
> > tuhan, hingga ia menemukan sesuatu yang bisa ia identifikasikan sebagai
> > tuhan, yang dalam dongeng pencarian tuhan itu sendiri tak cukup
> > didefinisikan, hanya sebuah pernyataan: "menemukan tuhan" (barangkali ada
> > yang tahu lebih detil soal tuhan yang ditemukan ibrahim, jangan ragu
> > menginformasikannya, tetapi hanya sampai di sinilah cerita yang saya baca
> > dan saya dengar sejak kecil).
> >
> > dalam kasus penyembelihan ismail, ibrahim pun sesugguhnya tak lepas dari
> > keraguannya, tetapi keraguan ini bukanlah keraguan akan "perintah siapakah
> > yang ia dengar sesungguhnya", melainkan keraguan yang muncul dari
> > keterikatannya pada makhluk, pada ismail--ismaillah yang kemudian
> > membebaskannya dari keraguan itu, bukan dirinya sendiri.
> >
> > pertanyaan akan keputusan ini bahkan direpresentasikan sebagai suara iblis
> > yang menghalangi upacara keikhalasan tersebut dengan menggoda ismail dan
> > siti hajar.
> >
> > PERTANYAAN:
> >
> > BAGAIMANA MEMBEDAKAN KERAGUAN YANG BERSIFAT ILAHIAH DARI YANG BERSIFAT
> > IBLIS? BAGAIMANA BISA KERAGUAN AKAN TUHAN MENJADI HAL YANG BAIK DAN KERAGUAN
> > UNTUK MENYEMBELIH ANAKNYA MENJADI HAL BURUK DALAM MORALITAS YANG DIUSUNG
> > KISAH QURANIK INI? APAKAH BAIK DAN BURUK? APAKAH BENAR DAN SALAH? APAKAH
> > TUHAN DAN IBLIS?
> >
> > SEBAGAI MUSLIM, YANG MENGIMANI ALLAH, KITABULLAH, DAN PARA NABINYA, SAYA
> > BERKEWAJIBAN MENGINTERPRETASIKAN TAMSIL INI SEBAGAI SESUATU YANG BAIK DAN
> > MEMBAWA KEBAIKAN, TETAPI SEBAGAI PENCARI KEBENARAN, SAYA HARUS
> > MEMPERTIMBANGKAN SEMUA SISI YANG ADA DI DALAMNYA, SEBAGAI IBRAHIM
> > MEMPERTIMBANGKAN SEMUA SISI BERKENAAN DENGAN BERHALA-BERHALA YANG
> > DIPENGGALNYA, SERTA BULAN DAN MATAHARI YANG DITOLAKNYA.
> >
> > ADAKAH DARI KALIAN PARA BIJAK BESTARI YANG BISA MENJELASKAN PERKARA INI?
> >
> > SEPERTI YANG SAYA KATAKAN SEBELUMNYA, JIKA KITA BISA MENJAWAB HAL INI, MAKA
> > KITA MEMILIKI DASAR YANG KUAT UNTUK MEMBEDAKAN MIMPI ILAHIAH DAN MIMPI
> > IBLIS, BISIKAN ILAHIAN DAN BISIKAN IBLIS.
> >
> > JIKA KITA MAMPU MENJAWAB HAL INI, MAKA KITA BISA BICARA SECARA RIGID, JELAS
> > DAN TERPILAH MENGENAI BENAR DAN SALAH, BAHKAN JIKA DIINGIKAN, TUHAN SIAPA
> > ATAU TUHAN MANA YANG PALING BENAR.
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "was_swas" was_swas@
> > wrote:
> >>
> >>
> >>
> >> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "pabrik_t"
> >> <pabrik_t@> wrote:
> >> >
> >> > membahas ini setidaknya bisa menjadikan dongeng itu sebagai basis
> >> pengambilan keputusan untuk seorang penjagal anak, bukan? atau ia (kasus
> >> pemastian itu) harus menjadi yang tak terpikirkan? dan berserah diri
> >> menjadi satu2nya hikmah dari cerita ini?
> >>
> >> Maksud pertanyaannya gimana sih? Sorry nih, lemot, mungkin jawabannya
> >> nggak nyambung :)
> >>
> >> Sesuai dalil psikologi, saya selalu melihat bahwa sebuah tindakan
> >> (keputusan, aksi nyata, dll) selalu merupakah hasil dari integrasi
> >> faktor2 di belakangnya. Dua tindakan yang sama, dilakukan oleh dua orang
> >> yang berbeda, sangat mungkin dilatarbelakangi oleh dinamika yang
> >> berbeda.
> >>
> >> Oleh karena itu, kalau mau menjadi seperti Ibrahim, ya lihat keseluruhan
> >> kisah hidupnya dia. Identifikasi hal2 yang mungkin berperan membentuk
> >> tindakannya (= tindakan berhasil membedakan suara Tuhan, bukan sekedar
> >> tindakan setuju mau menyembelih anaknya) tersebut. Kemudian lihat diri
> >> kita sendiri. Bagaimana mengintegrasikan hal2 yang kita lihat ada pada
> >> Ibrahim ke dalam hidup kita sendiri, sehingga kalau kita mendapatkan
> >> ujian yang sama (= sama dalam arti kita mesti membedakan mana "suara"
> >> yang harus kita ikuti), hasilnya akan setara.
> >>
> >> Dan itu proses yang seumur hidup, karena memang akan trial & error terus
> >> sepanjang hidup sampai kita mati.
> >>
> >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home