Bls: Bls: [psikologi_transformatif] Re: MENGUAK MISTERI TRINITAS
Pak,tapi bukankah debat soal ini juga proses belajar, dan jika dirasakan perlu didiskusikan atau diperdebatkan ya monggo saja.
Anselmus juga pernah bilang "fides quaerens intellectum", iman mencari pengertian.
Dalam rangka pertanggungjawaban iman, saling belajar beginian mungkin juga cara bertanggung jawab, misalnya kita mengandaikan, sekecil apapun Hendrik pastilah "mengamini" apa yang dituturkan lawan bicara, karena kita juga mengandaikan kemanusiaan yang umum, dan teman2 yang tiada henti sedia melayani Hendrik, juga patut diapresiasi atas energi tak kunjung habis.
Konfusius mungkin saja benar, tapi toh ia tak mampu menjelaskan Trinitas, bukan karena ia bodoh, tapi karena ia tidak tahu.
Bagi penggemar Konfusius dan tahu tentang Trinitas, ikut berdebat pastilah bukan halangan?
salam
Dari: Jusuf Sutanto <jusuf_sw@yahoo.
Kepada: psikologi_transform
Terkirim: Minggu, 15 Maret, 2009 15:33:00
Topik: Bls: [psikologi_transfor
Orang yang memahami dengan benar ajaran Konfusius, tidak akan mau dan berminat samasekali untuk ikut2 an debat soal ini karena " dalam hidup ini masih ada banyak yang harus dipelajari ".
' Belajar dan selalu dilatih, tidakkah itu menyenangkan ? ;
Kawan-kawan datang dari tempat jauh, tidakkah itu membahagiakan '.
Ia lebih suka memusatkan diri pada belajar dan terus belajar menjadi manusia sepanjang hidupnya !!!
Ia lebih suka memusatkan diri pada belajar dan terus belajar menjadi manusia sepanjang hidupnya !!!
Dari: suka komen <sukakomen@gmail. com>
Kepada: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Terkirim: Senin, 16 Maret, 2009 01:24:21
Topik: Re: [psikologi_transfor matif] Re: MENGUAK MISTERI TRINITAS
Hahaha
Saya tanggapi yang bagian akhir duluan ya, soalnya bagian awal tulisan Howl agak panjang tanggapannya.
Howl:
Jika perdebatannya adalah tentang persepsi manusia yang satu melawan
persepsi manusia yang lain, maka ... tidak harus dipandang terlalu
serius. Lha, wong, cuma persepsi manusia, kok.. Bisa terus berubah dan
terus menerus dikoreksi.
Setuju. Keseriusan juga berkenaan dengan persepsi, jadi bisa beda dari satu orang ke orang lain. :-)
Howl:
Tapi kalau perdebatannya dipandang sebagai "persepsi manusia melawan
persepsi Tuhan", jadi lain soal.
Orang lantas merasa berada di pihak yang absolut benar, sebab "yang
saya sampaikan ini bukan pendapat saya pribadi, tetapi merupakan
SabdaTuhan sendiri".
Anggapan bahwa "yang saya sampaikan ini bukan pendapat saya pribadi, tetapi merupakan SabdaTuhan sendiri" setahu saya memang ada, bahkan bisa dikatakan banyak" di kalangan penganut agama, terlepas dari apa agamanya.
Saya terkadang menerima judgement "sesat" ketika berdiskusi secara kritis dengan kalangan intern agama sendiri (Kristen). Orang-orang yang memiliki kecenderungan ini umumnya bersikap fanatik dan kurang atau bahkan tidak toleran terhadap berbagai pan
dangan lain, baik antar denominasi di kalangan intern agamanya sendiri, apalagi dengan ajaran agama lain. Umumnya mereka memilik persepsi bahwa "kitab suci" turun langsung dari surga, tanpa adanya "campur tangan" manusia. Bluk ... entah itu bagai gelondongan, atau buku yang turun dari surga.
Lebih jauh lagi, bagi tipe ini, "pemahaman/persepsi mereka terhadap sabda Tuhan" seringkali dianggap "sebagai sabda Tuhan itu sendiri". Mereka kurang menyadari bahwa pemahaman/persepsi mereka dapat berbeda dengan orang lain, bahkan mungkin berbeda dengan apa yang sebenarnya disampaikan oleh teks kitab suci itu sendiri. Padahal, banyak di antara mereka punya kebiasaan membaca teks kita suci secara terpenggal-penggal dan menafsirkan sesuai dengan kebutuhan/tujuannya sendiri. Tidak terintegrasi secara holistik dengan berbagai ayat/uraian lain yang terkait.
Dan umumnya, tipe yang begini ngotot dan "mau menang sendiri". Jadi teringat syair Lunyu XII,6 :-)
Zi Zhang bertanya tentang arti "sudah memahami".
Jawabannya 'Menyelami filsafatnya menjadikan berbeda pemahamannya, Hanya
kulit/ luarnya menjadikan bicaranya mau menang sendiri.
Sebenarnya belum cukup ahli, Boleh dikatakan dirinya seperti telah memahami pula
sampai akhirnya, Menyelami filsafatnya menjadikan berbeda pemahamannya,
Hanya kulit/ luarnya menjadikan bicaranya mau menang sendiri, Sebenarnya belum
cukup akhli, Boleh dikatakan dirinya masih jauh pula sampai akhirnya'.
Jawabannya 'Menyelami filsafatnya menjadikan berbeda pemahamannya, Hanya
kulit/ luarnya menjadikan bicaranya mau menang sendiri.
Sebenarnya belum cukup ahli, Boleh dikatakan dirinya seperti telah memahami pula
sampai akhirnya, Menyelami filsafatnya menjadikan berbeda pemahamannya,
Hanya kulit/ luarnya menjadikan bicaranya mau menang sendiri, Sebenarnya belum
cukup akhli, Boleh dikatakan dirinya masih jauh pula sampai akhirnya'.
Tanggapan untuk bagian awal tulisan Howl, yang tadinya mau saya kemukakan disini, saya putuskan untuk saya tulis secara terpisah, supaya tidak terlalu panjang.
Sikap Peduli Lingkungan?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
Pemerintahan yang jujur bersih? Mungkin nggak ya?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
__._,_.___

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home