Re: Bls: Bls: Dagelan Lucu --> Bls: [psikologi_transformatif] Pokem, Gandum di Pedalaman Papua
pak Ju menulis :
Karena itu muncul istilah " the specialist for the construction of the whole ". Kalau anda masuk ke dapur restoran terkenal dan tanya satu per satu orang yang bekerja, maka akan mengatakan saya ' bukan kokinya ', hanya potong sayur, goreng telor, cincang daging, dsb. Mereka bekerja sesuai spesialisasinya.
Memang tdk semua orang bisa menjadi koki dan untuk itu perlu pendidikan khusus.
Mengembangkan ilmu baru spt Cognitive Science juga bukan jawaban !
Inilah tema sentral dari The Tao of Physics dari F Capra, mengenai perbedaan model newtonian dan kuantum dan paraleliisme nya dgn Kearifan Timur.
Mengajak membaca RP & DP hanya sekedar pendahuluan krn di situ dibahas gajahnya secara keseluruhan. Maksudnya spy kalau nanti ketemu, tdk hrs mulai dari awal lagi sehingga bisa langsung bicara yang penting dilakukan saja. Semua percobaan sdh teruji selama 8 tahun, dan cukup untuk mengatasi keraguan aja.
Lagian saya bukan in charge untuk penelitian gandum, tapi hanya " make it happen " aja. Ahlinya ada di UKSW dan praktisinya di Tosari. Kalau memang serius dan mau kontak bisa saya hubungkan !
Saya sendiri krn sdh cukup berumur, spt motto website maunya " dari rumah bisa mengetahui perkembangan dunia ; dari rumah bisa ikut membangun dunia "
Dari: was_swas <was_swas@yahoo.com >
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups .com
Terkirim: Rabu, 25 Februari, 2009 10:49:02
Topik: Re: Bls: Dagelan Lucu --> Bls: [psikologi_transformatif] Pokem, Gandum di Pedalaman Papua
--- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto <jusuf_sw@...> wrote:
>
> Semenajk tahun 2000 mulai menanam gandum dan lbh intensif lagi setelah terbitnya buku RP & DP, saya sdh kenyang keliling ke berbagai Perguruan Tinggi, bicara di berbagai seminar dgn Pusat Studi macem2. Kendalanya selalu yang itu2 aja.Kalau Bapak merasa menemukan masalah yang itu2 juga, berarti Bapak juga melakukan kesalahan yang itu2 juga: yaitu tidak bisa "bersinergi" dengan yang bertentangan :) Karena dengan "bersinergi" , pertentangan itu akan hilang digantikan dengan keselarasan :)
> Semakin tinggi strata pendidikan tinggi seseorang, bukannya semakin jembar pandangannya, tapi meruncing sesuai spesialisasinya.
Semakin tinggi pendidikan FORMAL, memang seharusnya semakin mengerucut :) Semakin ahli di bidang tertentu :) Pengetahuannya bukan melebar lagi, melainkan mengerucut :) Saya sepakat dengan tanggapan Howl pada thread yang sama ini: ibarat di dunia kedokteran, dibutuhkan Spesialis Jantung, Bedah, Penyakit Dalam, dll. Kalau semua dokter "cuma" jadi dokter umum, siapa yang mampu menangani penyakit2 itu?
> Stereotype nya adalah " Buku ini menurut saya sebagai seorang ahli ilmu ini dan itu .....adalah bla bla bla ". Inilah yang disebut menyerut kaki !!!
Coba bayangkan kasus seperti ini: seorang Dokter Bedah yang harus memisahkan bayi kembar siam sedang bingung bagaimana harus menyelamatkan keduanya sekaligus, karena bayi kembar itu hanya punya satu jantung dan satu hatu. Salah satu pasti meninggal, tapi masalahnya: yang mana yang harus diselamatkan? Adakah cara menyelamatkan keduanya? Dan kalaupun salah satu harus meninggal, kapan operasi harus dilakukan supaya tidak "membunuh" si bayi yang pasti meninggal? Karena jika harus menunggu salah satu meninggal, pasti kesehatan kembarannya juga turun drastis dan mungkin tidak dalam kondisi yang sesuai untuk menjalani operasi pemisahan. Buntut2nya, dua2nya bisa meninggal.
Tiba2 datanglah seorang Rahib dan bercerita bahwa kita semua ini adalah bagian dari alam semesta, kita harus menari bersama alam. Serahkan semua kepada alam, dst.
Maka tidak heran jika kemudian si Dokter Bedah mengatakan si Rahib itu omong kosong saja :) Dan itu bukan berarti menyerut kaki, karena pada kenyataannya si Rahib itu cuma ngerecokin si Dokter Bedah saja :)
Ya, omongan si Rahib itu mungkin benar. Dokter Bedah itu harus menyerahkan segalanya kepada "kuasa" yang lebih besar. Bahwa si Dokter Bedah itu tidak mungkin melawan takdir. Tapi.... tanpa cara menyampaikan yang taktis dan tepat, jadinya hanya merecoki saja :)
Jadi, kalau Bapak terus-menerus mengalami masalah yang itu2 saja, coba refleksi kembali: apakah Bapak sudah berusaha "bersinergi" dengan mereka? Mencoba menyampaikan sesuatu dengan memperhatikan bagaimana cara yang tepat sehingga mereka merasa terbantu, bukan cuma mendengar kisah tak berujung pangkal?
> Jadi apa yang saya ceriterakan ttg hal itu adalah a real experience untuk saya.
Betul, itu real experience Bapak. Tapi real experience Bapak kan bukan kebenaran mutlak dan satu2nya, sehingga semua orang harus menggunakannya sebagai pangkal tolak toh? Satu lagi yang perlu Bapak refleksikan: apakah menyuruh orang membaca buku RP & DP tidak sama artinya dengan "menyerut" kaki mereka ;)?
Mengapa tidak Bapak coba sinergikan isi RP & DP ke dalam kerangka berpikir mereka? Mengapa harus mereka yang mengubah pola pikir agar sesuai dengan pola Bapak? Yang mendalami kearifan Tiongkok kan Bapak, yang mestinya mampu bersinergi ya Bapak, bukan mereka :) Mereka sih nggak salah kalau nggak bisa bersinergi dengan Bapak :)
> Membaca buku kan juga merupakan ayunan langkah pertama bukan ?
Betul, membaca buku adalah ayunan langkah pertama. Tapi saya yakin, mereka menjadi 'ahli" di bidangnya adalah salah satunya dengan SUDAH membaca buku. Jadi, technically, tidak harus mereka membaca RP & DP lagi ya? Kan sudah mengayunkan langkah pertama ;)?
Apa Bapak ingin mengatakan bahwa "Membaca buku adalah langkah pertama jika dan hanya jika bukunya adalah RP & DP" ;)?
Salam,
Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru
Lengkap dengan segala yang Anda sukai tentang Messenger!

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home