hendrik bakrie wrote:
> jika jilbab "dijadikan" atau "dianggap" merupakan kebudayaan bangsa arab.... maka kristen yg merasa agamanya "bukan" milik dari "kebudayaan" tertentu, "harus" bisa menerima jika bunda maria "boleh" tidak berjilbab atau bahkan "telanjang" sekalipun seperti org2 papua atau penari telanjang di amerika serikat.... betul kagak...????
>
> jika agama "diharuskan" untuk bisa diterima oleh semua budaya... sehingga "jilbab" dianggap adalah hasil kebudayaan.. . maka kaum kristen "harus" bisa membawa seorang bunda maria "bisa" berpakaian atau betingkah laku seperti pelacur jalanan yg memamerkan tubuhnya kepada orang-orang (publik).... betul kagak...????
>
>
>
Orang kristen toh tidak menggunakan tampilan bunda maria - yang nota
bene berasal dari kultur tertentu - sebagai standard agama-nya.
Jadinya, ya, nggak nyambung, dong. Bunda Maria yang berjilbab itu kan
berasal dari budaya tertentu, sama halnya juga dengan jilbab-jilbab yang
lain.
Di lain pihak, Bunda Maria yang tampil sebagai pelacur (umpamanya) tidak
ada di dalam budaya yang manapun, jadi bagaimana caranya membandingkan
itu dengan jilbab yang berasal dari budaya tertentu?
Jilbab sudah dipakai orang dari timur tengah jauh sebelum datangnya
agama islam. Pada awal mulainya agama kristen, banyak juga wanita
kristen yang berjilbab. Tetapi itu tidak ada sangkut pautnya dengan
aturan agama. Saat ini pun ada juga para suster biarawati dari ordo
tertentu yang memakai semacam jilbab juga. Namun itu tidak ada
hubungannya dengan persoalan "aurat" atau "seksual".
Pada awalnya agama kristen memang sangat dipengaruhi budaya tertentu,
sama halnya dengan agama Islam saat ini. Namun dengan berjalannya waktu,
pengaruh budaya itu sedikit demi sedikit semakin terkikis.
h
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home