Re: [psikologi_transformatif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah
Howl,
Sebuah solusi gak usah menunggu lama untuk dibuktikan.
Dengan tanya jawab dg kolega kita sudah bisa mengetahui apakah solusi ini benar atau masih kurang sempurna
Ibarat sama-sama ke Bandung kalau dia gak bisa jelasin bgm caranya ya gak akan sampai kesana
Saya dulu menciptakan sebuah circuit board alat elektronik Prof Andi Hakim cuma tanya mengapa orang berhitung dg basis decimal? Bukan binary?
Tks
GoenPowered by Telkomsel BlackBerry®
From: Howl
Date: Mon, 30 Mar 2009 20:00:25 -0400
To: <psikologi_transformatif@yahoogroups >.com
Subject: Re: [psikologi_transformatif] Re: Perumpamaan Melayu bagi Guru yang Salah Kaprah
2009/3/30 was_swas <was_swas@yahoo.
com >:
> "Menggarami air laut" juga bisa ;)
>
Banyak orang mengangkat dirinya sendiri menjadi guru bagi orang lain.
Acapkali orang melakukannya atas niat yang baik.
Kita melihat bahwa Indonesia, atau malah seluruh dunia, berada dalam
masalah besar. Dan kita merasa bahwa kita mempunyai solusinya (yang
kebetulan tidak dimiliki orang lain).
Pertanyaannya: Benarkah kita memiliki solusinya?
Bagaimana kalau orang menerima solusi kita, mempelajarinya baik-baik,
memahaminya sungguh-sungguh, menerapkannya ... dan kemudian terbukti
bahwa solusi itu ternyata bukanlah solusi? Problemnya tetap tidak
terpecahkan!
Di kampus tempat saya bekerja ada sebuah perpustakaan dengan koleksi
buku sekitar 3 juta judul, termasuk di dalamnya koleksi yang cukup
lengkap dari khasanah filsafat/kebijaksanaan timur tempo dulu. Jika
saya ingin belajar tentang konfusius atau tao, saya akan pergi ke
perpustakaan, dan tidak akan belajar dari website atau maillist. Kalau
saya membuka website atau maillist, maka saya mencari sesuatu yang
tidak ada di perpustakaan, yaitu diskusi dan dialog langsung dengan
orang-orang tentang apa yang ada di dalam pikiran mereka.
Kalau orang yang saya ajak diskusi malah menghujani saya dengan
kutipan-kutipan yang dengan mudah saya bisa temukan di perpustakaan,
apa gunanya?
Nah, seseorang menjadi guru bukan karena kemampuannya mengutip apa-apa
yang dengan mudah kita temukan di perpustakaan. Seseorang menjadi guru
karena ia mempunyai harta-karun yang tidak tersedia di perpustakaan
manapun.
Mengapa saya duduk di kelas, dan mendengarkan bapak dosen kuliah?
Mengapa saya tidak duduk di perpustakaan dan belajar sendiri saja?
Kembali ke indonesia dan masalahnya.
Banyak sekali orang yang menulis dan mengajukan solusinya. Ada yang
mengangkat dirinya menjadi guru yang akan mengajar bangsa indonesia,
ada juga yang memproklamirkan bahwa solusinya adalah satu-satunya
solusi yang paling benar. Tetapi kita baru akan mengetahui mana yang
benar SESUDAH kita mengujinya melalui penerapan solusi itu di dalam
prakteknya.
Bagaimana kalau seluruh bangsa indonesia menerapkan sebuah solusi
tertentu, dan menemukan bertahun-tahun kemudian bahwa solusi itu
ternyata tidak berhasil?
Seorang saintis bisa saja melakukan eksperimen trial-error di
laboratoriumnya. Namun melakukan eksperimen trial-error kepada sebuah
masyarakat harus dibayar sangat mahal sekali. Kita tidak ingin
mengorbankan sebuah masyarakat untuk eksperimen, bukan?
Seorang mahasiswa menulis di dalam buku hariannya: "Untuk berhasil,
saya harus berani mengambil resiko keliru. Saya tidak berkeberatan
melakukan kekeliruan, asalkan kekeliruan itu adalah kekeliruan milik
saya sendiri". Maksudnya: Si Mahasiswa bisa saja menyontek solusi
orang lain, yang kemudian terbukti keliru. Dalam hal ini,
kekeliruannya bukanlah kekeliruan milik dia sendiri. Atau bisa saja ia
memikirkan sendiri solusinya, dan ... keliru juga. Bedanya,
kekeliruannya adalah kekeliruan miliknya sendiri.
Saya sama sekali tidak menganjurkan bangsa Indonesia untuk
berbangga-bangga dengan kekeliruan yang merupakan miliknya sendiri.
Tetapi itu masih jauh lebih baik daripada menyontek solusi yang
ditawarkan orang lain, yang lantas terbukti keliru juga .....:)
Bagaimana kalau jauh terpendam di dalam khasanah budaya bangsa
Indonesia sendiri ternyata tersedia solusi atas masalah-masalah bangsa
Indonesia?
Solusi benar dipelupuk mata tidak nampak, solusi keliru dari seberang
lautan justru kelihatan ....
salam
Howl

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home