On Thu, Feb 12, 2009 at 1:52 AM, tuhantu_hantuhan
<
tuhantu_hantuhan@ yahoo.com> wrote:
> Quote: This is physics, but you can always bring the analogy to other area
> as well. End of quote...
>
> TuHanTu:... Thanks Mas Howl.... Tapi, sekarang-sekarang ini sedang
> berkeliaran *Pemerkosa Ilmu Fisika*... :D... Bisa jadi setelah *Mbak Fisika
> diperkosa* sedemikian rupa, balik lagi ke zaman pra-Einstein -as you
> mentioned b4- speed of light becomes relative... ?
>
Sekarang pun masih banyak orang yang hidup di jaman pra-Einstein .... :)
Jaman pra-Einstein ruang-waktu dianggap absolut, kecepatan cahaya relative.
Sesudah Einstein, kecepatan cahaya absolut, ruang-waktu -lah yang relative.
Tetapi perbedaan di atas bukanlah semata-mata berdasarkan "Einstein"
atau "Pra Einstein".
Bahwa kecepatan cahaya adalah absolut itu adalah fakta yang dibuktikan
melalui eksperimen.
Semua teori fisika diawali dan kembali kepada fakta eksperimen.
Dalam bahasa filsafat timur: Realita sebagaimana adanya.
Ini adalah salah satu benang merah antara fisika dan filsafat timur:
Yaitu semua diawali dan kembali kepada realita sebagai mana adanya.
Adalah ironis kalau ada orang yang mendalami filsafat timur
seolah-olah itu hanya teori saja.
99.99% diskusi filsafat timur adalah laporan kehidupan sehari-hari,
0.01% kutipan dari buku.
Kalau seorang master zen diajak diskusi, maka ia akan bicara tentang
menimba air, membersihkan kebon, menambal genteng bocor, nongkrong di
warung kopi, dan segala macam kegiatan yang beliau lakukan
sehari-hari. Namun para murid akan merasakan perbedaan yang mendalam
antara diskusi dengan sang master dibandingkan diskusi dengan orang
biasa.
demikianlah
howl
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home